1.
Inklusif
adalah cara berpikir dan sikap terbuka terhadap perbedaan, sikap inklusif penting untuk menampung pluralitas bangsa
2.
Teologi
sebagai keyakinan agama sebagai sumber penyelamatan (Cahaya/Nur)
3.
Penekanan
untuk memahami pesan Tuhan, kitab suci sebagai pesan Tuhan (4:131)
4.
Takwa
adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, memelihara diri dari hal-hal yang
menjauhkan diri dari Tuhan, kehadiran Tuhan (omnipresent) dalam keseharian
5.
Pesan
agama itu sama adalah monoteisme (Tauhid), the heart of religion, wilayah
terdalam, Islam Fitrah (Murtadha Muthahhari), penerimaan Allah terhadap sikap
hati bukan formal agama
II.
Pandangan
teologi Ayatullah Muhammad Baqir Shadr
1.
Pandangan
Spiritual kepada kehidupan dan alam secara umum. Islam mengakui hakikat jasmani
(materi) dan ruhani (non materi) namun ia mengikat semua hakikat tersebut
dengan penyebab pertama (sabab-musytarak)
yang lebih dalam yaitu Tuhan.
2.
Metode
rasional dalam pemikiran. Akal sebagai tolak ukur dari pemikiran dan hakim yang
memutuskan di mana kita menghadapkan pada bukti-bukti ilmiah untuk mengatur dan
menghasilkan sesuatu yang materi atau non materi.
3.
Tolak
ukur praktis berdasarkan pandangan umumnya terhadap kehidupan dan alam serta
kaitannya dengan Tuhan adalah Ridha Allah Swt bukan semata kenikmatan dan
manfaat.
III. Realisme Teologi dalam Buku Falsafatuna
1.
Kerangka
Utama buku ini dalam struktur epistemologi. Kajian tentang teori dan doktrin (tashawwur dan tahsdiq) terumuskan dalam hubungan pengertian materi dan non materi
dalam hubungan yang tak terpisahkan bukan dalam arti menyatu. Teori yang
digunakan adalah teori gerak substansial (Al
Harakah Al Jauhariyyah/ evolusi integrasi jiwa / filsafat psikologi).
Intinya integrasi ide dan realitas dalam hubungan jiwa dengan alam. Bahwa
kontruksi alam dibentuk oleh jiwa (nafs). Jadi, epistemologi Baqir Shadr
tentang hal yang inderawi (materi) dan non inderawi (non materi). Epistemologi
hal-hal yang inderawi akan berhenti pada tataran tersebut jika tidak
dimungkinkan terbuka pemahaman epistemik tentang hal-hal yang non inderawi.
Epistemologi “metafisika” (ontologi, wujud) inilah pintu masuk menjelaskan sisi
Tuhan yang bukan semata intuitif (fitrah) tetapi juga menjadi rasional
(aqliyyah).
2.
Jiwa
dalam kontruksi buku Falsafatuna berarti adalah relasi dan integrasi pikiran (ushuli) dan perasaan (hudhuri). Secara sederhana, pensucian
jiwa (Tazkiyan nafs) adalah melalui
proses berpikir dan mengolah perasaan. Perasaan adalah subjektifikasi dan
pikiran adalah objektifikasi. Perasaan ber Tuhan (intuitif) kemestiannya di
pikirkan hingga mampu bernilai- proposisi benar-salah (aksiologi: etika dan
hukum).
3.
Kejelasan
posisi Benar-Salah dalam pemikiran, bahwa kebenaran secara filosofis bukanlah
sesuatu yang relatif dan oposisi dan determinasi alam/sejarah yang senantiasa
berubah. Bahwa kebenaran adalah kebenaran, karena Akal manusia menemukan dan
menetapkannya (Rasional Mandiri)
4.
Kebenaran
dalam nilai yang diterima secara rasional dan diyakini (teologi) berevolusi
menuju realitas kebenaran (hubungan materi-non materi). Hubungan ini adalah
realitas objektif yang dirasakan adanya (hudhuri). Inilah spiritualitas dalam
tendensi realisme (materi-non materi) bukan idealisme (persepsi-non materi).
5.
Teologi
inklusif Baqir Shadr dapat dirumuskan dalam prinsip:
1.
Adanya
kebenaran dalam ide (keyakinan/teologis) dan evolusinya dalam realitas
(materi-non materi) yang bersifat spiritual.
2.
Agama
adalah basis nilai dan spiritualitas adalah realitas nilai dari kebenaran
tersebut. Spiritualitas adalah evolusi dari hal-hal material ke hal-hal non
material. Agama berperan memberikan jalan evolusi itu (shirath)
3.
Agama
meniscayakan keterbukaan (rasional:materi-non materi) karena tujuannya adalah
hal yang terdalam (spiritualitas). Formalisme agama adalah metode /bingkai
dalam perjalanan teologi menuju spiritualitas (sophia perennis)
Wallahu’alam bi al
shawab
TEOLOGI
INKLUSIF; Perspektif Realisme Teologi
Ayatullah
Muhammad Baqir Shadr
(Bedah Buku
Falsafatuna, Gedung MUI Sulawesi Utara, Manado 28 Mei 2013, yang dilaksanakan
oleh IJABI dan ABI Sulawesi Utara kerjasama RausyanFikr Institute Yogyakarta)
A.M. Safwan
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Madrasah Murtadha Muthahhari
RausyanFikr Institute Yogyakarta
No comments:
Post a Comment